Klandenstin (Fanfiction)

"Bukankah sebaiknya kau beristirahat?" sambil bersedekap dan bersandar di salah satu dinding, Misako bertanya. Nada bicaranya terdengar begitu lembut, namun penuh dengan rasa khawatir. Matanya tidak bisa lepas dari tubuh kurus itu, yang sejak setengah jam lalu belum juga berhenti mengulang-ulang koreografi salah satu lagu yang rencananya akan mereka bawakan pada konser mendatang.

Misako tahu bahwa Nishijima Takahiro adalah orang yang selalu serius jika mengerjakan sesuatu, saking seriusnya kadang sampai mengabaikan sinyal bahaya yang dikirim tubuhnya sendiri. Tetapi mengingat kondisi fisik Nissy yang tidak baik-baik saja belakangan ini, rasa khawatirnya bertambah dua kali lipat. Ia juga tahu bahwa Nissy butuh istirahat. Istirahat penuh selama beberapa hari malah jika boleh dibilang.

Nissy tidak menyahut. Pria itu masih saja melanjutkan aktivitasnya, meski napasnya sudah terlihat tidak teratur. Misako tersenyum kecut, ah, sebuah penolakan. Seperti biasa.

"Berhentilah, Bakahiro." Dari arah belakang, Misako bergelayut mesra di leher Nissy. Inhaler yang ada di genggaman tangannya langsung diarahkan ke bibir seksi pemiliknya. "Kecuali kalau kau mau mati muda. Tapi tentu saja aku tidak akan mengizinkannya."

Setelah menghirup isi inhaler dengan sedikit paksaan, Nissy merasa dadanya tidak sesesak sebelumnya. "Terima kasih," sebelah tangannya yang bebas menggenggam erat jemari Misako, mengusapnya dengan lembut sambil tersenyum puas. "Begini saja sudah cukup. Sungguh."

"Dasar keras kepala!" Misako tertawa pelan. Setelah memperbaiki posisinya, ia membawa kepala Nissy ke dalam dekapannya. Membiarkan tubuhnya dan tubuh itu saling berbagi kehangatan di ruang latihan yang hari ini terasa lebih dingin dari biasanya karena hanya ada mereka berdua saja. Mereka sengaja janjian datang lebih cepat agar bisa menghabiskan waktu berdua, sebelum anggota AAA yang lain datang dan mempersempit kesempatan untuk berduaan.

Mereka pernah beberapa kali ditegur, bertahun-tahun lalu. Sekalipun keduanya belum terlibat hubungan yang lebih intim. Tetapi orang di sekitar yang selalu terlibat dengan mereka seperti sudah bisa membaca kemana arah hubungan itu. Dan hubungan itu dikubur paksa tepat waktu sebelum mencuat ke permukaan, dengan mengatasnamakan kebaikan bersama.

Sebagai korban yang seolah-olah dijadikan tersangka, tentu saja tidak ada pilihan lain bagi keduanya. Berkali-kali mereka mengelak dan mengatakan,"Tidak, tidak," dengan nada tegas, ketika ada yang bertanya apakah hubungan itu masih berlangsung atau tidak. Berbagai cara mereka lakukan agar orang lain percaya, termasuk berusaha membagi kebersamaan dan momen dengan anggota lain yang membuat para fans menjerit. Untuk menyamarkan kedekatan mereka.

"Lihat, bahumu tegang sekali, Taka. Aku tahu kau lelah." Komentar Misako sambil merenggangkan dekapannya dan mulai memijat lembut bahu Nissy. "Istirahatlah sebentar. Masih ada waktu kurang lebih setengah jam lagi sebelum anggota lain datang." Misako terpaksa menggiring Nissy agar dia mau menurut dan duduk manis. "Kemarilah," katanya kemudian, sambil menepuk pahanya yang terbalut celana panjang olahraga. Memberi isyarat bahwa ia tidak masalah Nissy menjadikan pahanya sebagai bantal.

Tidak butuh waktu lama bagi Nissy untuk menuruti perkataan Misako, bahkan sekarang pria itu sudah memejamkan mata dan larut dalam dunia mimpi. Senyum Misako mengembang, ia paling suka melihat wajah Nissy saat tidur. Terlihat polos dan tanpa beban, padahal Misako tahu pundak ringkih itu menanggung banyak beban dan Nissy berusaha keras membagi keseriusan serta kerja kerasnya pada semua hal yang ditanggung. Termasuk pada hubungan mereka yang bisa terus berjalan sampai detik ini.

Dibelainya dengan lembut hela-helai kecoklatan milik Nissy, kemudian dikecup perlahan. "Terima kasih, Taka. Terima kasih karena tidak menyerah atas kita." Misako memutuskan untuk mengambil ponselnya dan berpura-pura sibuk dengan benda kotak itu. Agar anggota lain tidak menaruh curiga pada posisi mereka sekarang.

"TADAIMAA," beberapa belas menit kemudian Hidaka muncul dari balik pintu dengan berteriak. Misako meletakkan salah satu jari telunjuknya di bibir disertai suara,"Sstt," pelan. Sementara pandangannya mengarah ke Nissy yang masih terlelap. Seolah memberi isyarat agar rapper semata wayang kesayangan AAA itu mau merendahkan nada suaranya agar tidak ada bayi yang terbangun.

"Ups," Hidaka pura-pura terkejut dan menutup mulutnya dengan gaya imut. Sebuah seringai jahil muncul setelahnya, ia ingin sekali menggoda Misako. "Jangan main apiii..."

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Kostum? (Fanfiction Halloween sp)

Akhir Pekan (Fanfiction)