Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Akhir Pekan (Fanfiction)

Gambar
"Ugh," membiarkan bantal yang semula ada di bawah kepalanya kini ada di atas wajahnya, Sueyoshi Shuta menggerutu dengan suara seraknya, kemudian kembali memejamkan mata. "lima menit lagi kenapa sih." Beberapa menit kemudian ponselnya kembali berbunyi, kali ini bunyinya lebih padat dibanding sebelumnya. Shuta kembali menggerutu, karena niatnya untuk bangun lebih siang di akhir pekan terganggu padahal ia sudah menantikan hal ini sejak beberapa hari lalu. Shuta menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya, kemudian tangannya bergerak-gerak di atas nakas guna mencari ponselnya. Ternyata bukan alarm, karena kini layar ponselnya menampilkan jendela salah satu aplikasi pesan. "Shuta, kau di mana? Aku butuh bantuan." Sambil berguling ke sisi tempat tidur yang lain, dibacanya isi pesan tersebut. "Memangnya bantuan apa yang kau butuhkan, Nishijima?" ia bertanya sambil memejamkan mata, dan tanpa sadar kembali jatuh ke dunia mimpi. Lebih dari waktu yang diren

Me, You vs The Burnt Food (Fanfiction)

Seharusnya mereka merayakannya kemarin, bukannya hari ini. Tetapi karena keduanya sama-sama sibuk dengan tugas kuliah dan tidak bisa menemukan waktu yang tepat untuk dihabiskan bersama, maka perayaan hari jadi yang pertama itu terpaksa digeser ke hari ini. Walau sebenarnya Chiaki masih punya satu tugas lagi yang belum terselesaikan, ia rela begadang di lain hari demi suksesnya acara hari ini yang terpaksa diadakan di apartemennya —karena hujan terus mengguyur Tokyo sejak siang dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera cerah dalam waktu dekat. "Hmm, kelihatan sempurna." Dengan satu tangan di pinggang, Chiaki memandangi pekerjaannya yang berhasil diselesaikan dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh menit. Meja kayu polos di dapur berhasil disulap menjadi lebih berwarna dengan bantuan taplak berwarna kuning cerah dan vas bunga berisi dua tangkai mawar. Kali ini ia bergeser ke ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga di apartemen mungil miliknya, beberapa cemilan dan

Klandenstin (Fanfiction)

"Bukankah sebaiknya kau beristirahat?" sambil bersedekap dan bersandar di salah satu dinding, Misako bertanya. Nada bicaranya terdengar begitu lembut, namun penuh dengan rasa khawatir. Matanya tidak bisa lepas dari tubuh kurus itu, yang sejak setengah jam lalu belum juga berhenti mengulang-ulang koreografi salah satu lagu yang rencananya akan mereka bawakan pada konser mendatang. Misako tahu bahwa Nishijima Takahiro adalah orang yang selalu serius jika mengerjakan sesuatu, saking seriusnya kadang sampai mengabaikan sinyal bahaya yang dikirim tubuhnya sendiri. Tetapi mengingat kondisi fisik Nissy yang tidak baik-baik saja belakangan ini, rasa khawatirnya bertambah dua kali lipat. Ia juga tahu bahwa Nissy butuh istirahat. Istirahat penuh selama beberapa hari malah jika boleh dibilang. Nissy tidak menyahut. Pria itu masih saja melanjutkan aktivitasnya, meski napasnya sudah terlihat tidak teratur. Misako tersenyum kecut, ah, sebuah penolakan . Seperti biasa. "Berhentilah, B

D for Decision (Fanfiction)

" Nee , Honoka- senpai , apakah Hibiki- senpai betulan akan datang?" sambil mengaduk jus jeruknya, Moca melempar pertanyaan ke Honoka yang sedang sibuk membawa nampan berisi lemon cheesecake dari arah dapur kedai. "Ah, benar! Hibiki..." karena sejak tadi sibuk melayani pelanggan yang datang silih-berganti di kedai kecil milik kedua orangtuanya, Honoka seperti melupakan Kouketsu Hibiki yang batang hidungnya tidak kunjung nampak. Bahkan pelanggan pergi dan tanda di pintu masuk berubah menjadi closed , anak itu tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan datang. "Entahlah, terakhir kali dia memberi kabar kalau akan datang ke kedai hari ini." "Hei, bukankah itu sudah nyaris lima jam yang lalu?" Naoto langsung mengambil salah satu lemon cheesecake begitu Honoka mendaratkan nampan di meja. "Mungkinkah terjadi sesuatu pada Hibiki?" Raut khawatir terlihat dengan jelas di wajah Yusuke. Tidak biasanya Hibiki begini. Biasanya gadis itu akan rajin me

R for Regret (Fanfiction)

Mistakes after mistakes we made, and they twisted and tore us apart. Can you tell me how to rewind back to that day? . Bagi Uno Misako, Nishijima Takahiro adalah segalanya. Dunianya. Tak peduli berapa kali pun orang-orang di sekitar mencemooh dan mengganggu kebahagiaannya bersama pria itu. Nyaris setiap hari ia bertahan di atas sofa dengan setengah kesadaran yang menggantung di tengah kesunyian malam; bermaksud menunggu Takahiro pulang dari tempat kerja. Cangkir kopinya lambat laun bertambah menjadi dua, tiga, empat, bahkan ia pernah ada di titik menenggak sepuluh cangkir kopi dalam kurun waktu kurang dari satu jam. Sekali lagi, demi menunggu Takahiro pulang. Walaupun Misako tidak tahu berapa lama lagi ia harus menahan rasa kantuk yang kian sangar menyerang. Ditemani api perapian yang nyaris padam, Misako membiarkan punggungnya ditelan sandaran sofa. Ia hampir terseret ke alam mimpi setiap satu-dua menit sekali. Namun ketidakmunculan Takahiro dari arah pintu membuatnya tetap ter

Flavour of Kiss (Fanfiction)

"Aku penasaran..." Misako yang sedang membereskan ruang klub sekaligus ruang latihan mereka langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar Chiaki bergumam dari tengah ruangan. Ia melihat ke arah adik kelasnya yang tengah melamun sambil menjilati es krim melon. "Bagaimana rasa ciuman." "Eh?" tanya Misako dengan mata melotot. Saat ini di ruangan klub menari hanya ada mereka berdua saja, jadi sudah pasti gumaman sekecil apapun akan terdengar. Naoya- senpai sedang pergi ke ruang guru, trio Nissy-Shuta-Shinjiro sedang pergi ke minimarket terdekat untuk membeli makanan dan minuman, dan Hidaka pamit pergi ke kamar mandi beberapa waktu lalu. Chiaki buru-buru menggeleng,"Tidak, tidak, lupakan saja Misa- senpai . Anggap saja aku sedang berbicara sendiri." Misako menjatuhkan sapu ke sembarang tempat, dan menghampiri gadis itu. "Hmm, aku tidak pernah memikirkannya. Maksudku, ciuman rasanya seperti ciuman 'kan?" "Oh... benar. Tapi mun

Bittersweet (Fanfiction)

Ketika sedang mengistirahatkan tubuhnya sejenak dan melepas kacamata, Chiaki melihat layar ponselnya menyala. Ada satu pesan masuk di sana, satu pesan masuk yang sama sekali tidak ia duga akan dapatkan setelah kejadian berbulan-bulan lalu. Hei, apa kabar? Mau makan malam denganku besok? Begitu isi pesan yang membuat perasaan Chiaki campur aduk seketika. Seharusnya isi pesan tersebut tidak memberikan efek apapun, mengingat saat itu dirinya lah yang memutuskan untuk mundur dari long distance relationship  mereka saat kekasihnya tengah menimba ilmu di Amerika. Dan walaupun sudah bertukar janji untuk saling memberi kabar selepas berpisah, nyatanya mereka tidak menepati janji itu. Tetapi, Chiaki salah. Isi pesannya ternyata memberikan efek yang tidak disangka-sangka. Un, boleh. Adalah pesan balasan yang ia kirimkan. *** Setelah hampir satu jam kebingungan memilih gaun serta printilan lain yang akan dikenakan, akhirnya Chiaki pergi ke restoran yang sudah ditentukan. "Oh...?"  Begit