Me, You vs The Burnt Food (Fanfiction)

Seharusnya mereka merayakannya kemarin, bukannya hari ini. Tetapi karena keduanya sama-sama sibuk dengan tugas kuliah dan tidak bisa menemukan waktu yang tepat untuk dihabiskan bersama, maka perayaan hari jadi yang pertama itu terpaksa digeser ke hari ini. Walau sebenarnya Chiaki masih punya satu tugas lagi yang belum terselesaikan, ia rela begadang di lain hari demi suksesnya acara hari ini yang terpaksa diadakan di apartemennya—karena hujan terus mengguyur Tokyo sejak siang dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera cerah dalam waktu dekat.

"Hmm, kelihatan sempurna."

Dengan satu tangan di pinggang, Chiaki memandangi pekerjaannya yang berhasil diselesaikan dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh menit. Meja kayu polos di dapur berhasil disulap menjadi lebih berwarna dengan bantuan taplak berwarna kuning cerah dan vas bunga berisi dua tangkai mawar. Kali ini ia bergeser ke ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga di apartemen mungil miliknya, beberapa cemilan dan selimut sudah tertata rapi. Minuman kaleng—tanpa alkohol—juga sudah memenuhi isi lemari pendinginnya. Untuk hari ini, Chiaki sengaja menyingkirkan alkohol dari daftar menu, karena ingin menikmati malam minggu dengan lebih khidmat bersama sang kekasih. Minuman alkohol hanya akan membuat Chiaki meracau tidak jelas sebelum akhirnya kehilangan kesadaran dalam kurun waktu kurang dari dua puluh menit setelah menenggak alkohol. Ya, Chiaki memang buruk dalam urusan alkohol. Tidak seperti kebanyakan teman-temannya.

Setelahnya, Chiaki menarik salah satu kursi dan duduk di atasnya. Membuka kontak dengan nama 'pacar' dan mengetik sesuatu sebelum kepalanya terkulai di atas meja. Ah, ia jadi mengantuk karena agak lelah. Diliriknya sebentar oven yang menyala, sepertinya masih ada waktu sambil menunggu alarm yang diset menyala dan ayam di dalam oven matang dengan sempurna. "Hoam,"

++++

Ponselnya yang diletakkan di kursi sebelah berdering, dan Shuta tersenyum ketika membaca isi pesan tersebut. Kekasihnya sangat telaten dalam mengerjakan sesuatu. Namun senyumnya pudar saat melihat kata 'memasak'. Selama setahun menjalin hubungan, Shuta tahu jika Chiaki tidak pandai dalam urusan dapur. Gadis itu lebih suka menghabiskan makanan ketimbang membuat makanan.

Di tengah kemacetan, Shuta menggeleng pelan. Ia tahu tidak boleh begini. Mungkin saja Chiaki sudah ikut kelas memasak atau menonton tutorial memasak untuk menyiapkan hari ini. Semoga saja hasil masakan kekasihnya memuaskan.

Sepertinya aku akan agak sedikit terlambat. Macet.

Tombol 'balas' pun ditekan setelah jarinya selesai mengetik pesan. Padahal jalanan tidak macet-macet amat, bahkan sekarang sudah kembali normal. Yang tadi itu hanyalah alasan saja, supaya Shuta bisa mampir ke toko kue dan mengambil kue pesanannya.

++++

Chiaki terbangun dengan paksa karena aroma gosong yang menggelitik hidungnya. Sambil mengucak mata untuk mengembalikan kesadaran, kepalanya ditolehkan ke arah oven. Yang sekarang sudah mengeluarkan asap pekat.

"..."

E-eh... tunggu? ASAP?!

Dengan mata terbuka, Chiaki langsung bangkit dari duduk dan setengah berlari menuju menuju dapur. Dimatikannya oven dengan buru-buru, dikeluarkannya ayam utuh yang ada di dalam oven. Ia menelan ludah susah-payah, alih-alih berwarna kecoklatan sempurna seperti yang dicontohkan di salah satu video tutorial memasak, ayam olahannya terlihat terlalu coklat.

"Ah... bagaimana ini?" Chiaki menggigit bibir bawahnya,"Masih sempat tidak ya kalau per—"

Suara bel pintu mengagetkannya. Chiaki semakin tidak tenang karena tahu suara dari balik pintu adalah suara Sueyoshi Shuta—kekasihnya. "Sepertinya sudah tidak mungkin. Tidak ada harapan..."

"Chii?" suara Shuta kembali menggema. Ito Chiaki yang tidak kunjung membukakan pintu membuatnya khawatir. Tidak biasanya gadis itu akan selama ini. Shuta baru saja hendak menggedor pintu, ketika Chiaki muncul dengan raut wajah yang tidak bisa ia baca.

"Ayo masuk,"

"Ah, sebentar," Shuta memindahkan kotak kue ke tangan gadisnya,"Kesukaanmu. Happy anniversary." Sebelum akhirnya mengekor Chiaki ke dalam apartemen. 

Begitu langkahnya berhenti, Shuta kaget. Karena di apartemen kekasihnya masih terendus aroma gosong yang menggelitik hidung. Ternyata apa yang ia takutkan sepanjang perjalanan kemari menjadi kenyataan. Ia menghela napas berat, lalu menarik Chiaki yang baru saja selesai membuka kotak kue ke dalam pelukannya.

"Maaf,"

Dikecupnya perlahan puncak kepala Chiaki yang menguarkan aroma segar buah persik. "Tidak apa-apa, toh aku juga tidak menuntut supaya kau bisa memasak, 'kan? Kita pesan makanan saja, ya?"

++++

Sepertinya ini gaje.... /kabur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Kostum? (Fanfiction Halloween sp)

Terjebak (Fanfiction)

Klandenstin (Fanfiction)